Fanfiction BIGBANG - Secretary Wife (Bagian 4)
Maret 29, 2018
Add Comment
Fanfiction DARAGON - Secretary Wife (Bagian 4)
Title : Secretary Wife
Author : Sisca Thania
Cast : G-Dragon as Kwon Ji Yong (YG Entertainment's CEO) and Sandara Park as Jiyong’s Secretary
Genre : Sad, Romance, and Complicated
Rating : PG 17
Length : Chaptered
Berita tentang penyakit Jiyong tersebar luas di seluruh penjuru korea bahkan ke luar negeri sekalipun. Bagaimana reaksi mantan kekasih Jiyong yang berada di jepang, Lee Joo Yeon. apakah dia akan mengetahuinya?
---HAPPY READING---
"Dami eonnie eottokhaeyo?" Tanya Sandara setelah menceritakan perihal berita di Koran tadi pagi.
"Tak apalah, mungkin ini saatnya dunia tau yang sebenarnya."
"Tapi yang kukhawatirkan bukan itu…" Sandara menatap Dami serius."Ini tentang Jooyeon."
"Mwo?" Dami mengernyitkan dahinya, heran.
"Aku hanya berpikir bahwa bagaimana jika Jooyeon kembali di saat seperti ini?" Tanya Sandara.
"Aku juga sempat terpikir tentang hal itu. Ada kemungkinan dia akan kembali setelah mengetahui umur Jiyong hanya 2 tahun lagi… mungkin dia akan datang bak malaikat pembantu pada Jiyong lalu ketika Jiyong meninggal, dia akan mengambil alih semua hartanya. Apakah itu juga yang kau pikirkan?" Tanya Dami usai menalar panjang lebar. Sandara mengangguk pelan, tak sanggup mendengar kata meninggal.
"Terlebih Kwon sajangnim masih punya perasaan pada Jooyeon." Sandara menambahkan.
"Apapun yang terjadi biarlah Jiyong mengurusnya, aku yakin dia masih punya akal sehat untuk dipakai."
---
Benar saja, hal yang ditakuti terjadi. Jiyong dan Jooyeon mengatur jadwal untuk makan malam di rumah Jiyong. Tentu saja tanpa sepengetahuan Sandara, namun sekarang ia sudah tau. Entah bagaimana untuk melarangnya atau mencegah Jooyeon untuk datang. Tak salah lagi, Jooyeon datang untuk harta, bukan karena cinta. Jika karena cinta, kemana saja ia saat Jiyong sakit? Entahlah.
"Kumohon ikutlah dinner bersama kami." Pinta Jiyong.
"Jweseonghamnida sajangnim. Aku tak bisa melakukan itu." Tolak Sandara keras.
"Wae? Kau masih dendam padanya?"
"Tentu saja, memangnya kau tidak?" ucap Sandara dalam hati.
"Datanglah saja sebagai sekretarisku. Mungkin Jooyeon akan bicara masalah bisnis. Ne?" bujuk Jiyong lagi.
Sandara menggelengkan kepalanya. "Baiklah kalau kau tak mau, tapi jangan salahkan aku jika aku membuat keputusan gegabah nantinya."
Seakan tak peduli, Jiyong mendorong kursi rodanya keluar dari ruangan karena Jooyeon sudah menunggunya.
---
Kwon Ji Yong memasuki ruang makan. Ada sesosok perempuan cantik memakai dress hitam sederhana namun tetap terlihat mewah. Tak salah lagi, itu Lee Joo Yeon. Jooyeon menyunggingkan senyum manisnya. Sementara itu Sandara takut jikalau ada suatu keputusan yang salah diambil oleh Jiyong Maka ia mendengarkan dari balik pintu ruang makan.
"Annyeonghaseyo Kwon Ji Yong, oraenmanieyo." Sapa Jooyeon.
"Ne, Oraenmanira…" entah rasa apa yang menyeruak dalam dada Jiyong saat ini. rindu dan kesal menjadi satu namun ia tetap tersenyum.
"Apa kabarmu?" Tanya Jooyeon terlihat sedikit canggung.
"Seperti kelihatannya. Kau melewatkan banyak hal" Jawab Jiyong seadanya.
"Aku ingin meminta maaf… maksudku setelah selama ini, aku tidak pernah mengunjungimu semenjak pernikahan kita yang…"
"gagal?" sambung Jiyong. Jooyeon tersenyum "Tak ada yang perlu disesali," lanjutnya. "Ini sudah nasibku."
"mungkin ini takdir." Potong Jooyeon.
"Ini nasib, karena masih bisa berubah jika kita menghendakinya. Kau yang menghendaki."
"Bagaimana kalau kita tidak berbicara masa lalu dan perandaian, aku sedikit tidak nyaman." Ucap Jooyeon sambil melihat ke dalam gelas minumannya.
"Terserah padamu." Tanggap Jiyong, banyak hal yang ingin dikatakannya namun ia menahan diri untuk tidak bertindak gegabah. Karena Jiyong tak ingin ada yang tersakiti, baik Jooyeon maupun dirinya. Yang perlu dilakukannya adalah berjalan kedepan.
"Aku kesini untuk meminta maaf padamu" Ulang Jooyeon.
"Aku kan sudah bilang tak ada yang perlu di sesali."
"Maksudku, mungkin bisakah kita kembali seperti dahulu? Mempunyai hubungan baik, dan mungkin kita bisa mengulang pernikahan kita dahulu yang sempat tertunda?"
Jiyong tersenyum "Aku selalu menerimamu baik untuk menjadi rekanku, rekan bisnis, atau teman biasa, datanglah, aku selalu terbuka untukmu. Tapi untuk mengulangi pernikahan kita yang dulu dan mempunyai hubungan lebih dari teman seperti dahulu? Aku tidak yakin."
"Pikirkanlah sekali lagi"
"Tapi itu tak pernah terpikir dalam benakku untuk kembali padamu, malah, hidupku tinggal 2 tahun ini takkan begitu menarik untukmu."
"Tidak, kau tidak mungkin pergi secepat itu." Mata Jooyeon berkaca-kaca, bersiap menumpahkan air matanya.
"Sudahlah, Aku mengundangmu kesini untuk makan, bukan untuk menangis" Jiyong menyodorkan tisu pada Jooyeon.
"Aku mohon Oppa, kembalilah padaku kita bisa memperbaiki semua ini dan hidup bahagia bersama seperti yang dulu kita impikan bukan? Aku melalui hari-hari kelam tanpamu selama ini, dan sekarang aku baru berani untuk muncul ke depanmu. Kau tahu, hujatan dan cacian banyak menampar diriku. Aku…aku…" Jooyeon tak sanggup melanjutkan kata-katanya dan semua air mata tumpah di pipi cantiknya.
"Mianhae Jooyeon sayangku. Tapi aku benar tak tega untuk mengatakan hal ini padamu, aku takut kau lebih terluka."
"Memang apa yang ingin kau katakan oppa?" Tanya Jooyeon sambil terisak.
"Baiklah kalau kau ingin tahu," Jiyong menghela nafas panjang. "Aku sudah bertunangan dengan Sandara Park, Sekretarisku sendiri."
"What?! Oppa, kau jangan mengada-ngada"
"Aku bilang ini akan menyakitimu." Jiyong memasang muka seriusnya.
"Tapi kenapa kau tak mempublikasikannya? Kau pasti bercanda."
"Media tidak selalu menyorotku sebagai artis, masih banyak artis lain di luar sana yang lebih sensasional untuk diliput. Lagipula pertunangan kami kemarin hanya dihadiri oleh keluarga." Jiyong menjelaskan dengan santainya. Sandara yang menguping di balik pintu tak percaya dengan apa yang sudah dikatakan sajangnimnya itu. Mengakuinya sebagai Tunangannya adalah suatu hal yang lancang atau bagaimana? Rasa di dalam diri Sandara campur aduk menjadi satu.
"Ini tidak Mungkin." Jooyeon masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jiyong.
"Sandara-yaa, masuklah, jangan berdiam di depan pintu seperti itu." Suruh Jiyong pada Sandara. Sontak Sandara kaget dan tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, “Ahhhh, Sajangnim Paboya, ettokhaeyo?!” Ujar Sandara dalam hati.
"Masuklah sayang, ada yang ingin bertemu denganmu." panggil Jiyong lagi.
Akhirnya Sandara menuruti apa katanya dan mengikuti skenario yang dibuat oleh presdirnya itu. Sandara mendekati Jiyong dan tiba-tiba ia memegang tangan Sandara dan menciumnya. “Perkenalkan, calon istriku Sandara Park”
Jooyeon tak bisa berkata-kata apalagi Sandara yang tenggelam dalam skenario Jiyong, ia mungkin lebih kaget daripada Jooyeon.
"Mungkin aku harus pergi sekarang" Ucap Jooyeon yang merasa ditolak mentah-mentah. Ia beranjak dari kursinya dan pergi keluar.
"Eh, tunggu. Ini hanya…." Jiyong memegang tangan Sandara kencang agar ia tak mencegahnya untuk pergi.
Hening sejenak, Sandara tak habis pikir dengan apa yang sudah ia alami. Presdirnya baru saja mengakuinya sebagai calon istri. Apa yang sedang terjadi? Apa yang tengah direncanakan oleh Kwon Ji Yong sajangnim?
"Mianhae, tak ada cara lain." Ujar Jiyong angkat bicara setelah memastikan bahwa Jooyeon benar-benar angkat kaki dari rumahnya.
"Tapi, mengakuiku sebagai tunanganmu adalah hal yang konyol, dan kau pikir Jooyeon akan mempercayainya begitu saja? Kau pikir dia bodoh?" Marah Sandara pada Jiyong.
"Arraseoyo" Jawab Jiyong singkat. Keduanya kembali hening. Jiyong tengah memikirkan sesuatu dan Sandara yang kebingungan entah apa yang akan dikatakannya lagi. "Maka aku akan benar-benar menikahimu."
"MWO?!" Teriak Sandara kaget dengan perkataan Jiyong. Ini seperti mimpi baginya, karena bisa menikahi presdirnya sendiri yang ia cintai. Tapi ini bukanlah apa yang Sandara Park inginkan, menikah karena paksaan, bukankarena cinta dari presdirnya itu.
"Kalau kau tidak mau aku bisa memikirkan cara lain"
"Tapi….tapi…. bagaimana dengan keluargamu jika mengetahui kau akan menikah denganku? Bukankah ini terlalu mendadak dan memangnya mereka akan menyetujuinya? Lihatlah, aku hanyalah sekretarismu, tidak lebih, lihat aku, aku sangat berbeda jauh dari Jooyeon, dia cantik, kaya, glamour, sementara aku…" Kata-kata Sandara terhenti karena Jiyong menarik Sandara sehingga jatuh ke pangkuannya, ia memeluknya erat.
"Geumanhae, Jebal" Ucap Jiyong dengan suara parau hendak menangis. "Aku…aku tidak tahu mesti bagaimana lagi jika tanpa kau Sandara-ya. Sejak kecelakaan beberapa waktu lalu sampai sekarang kau terus menemaniku, padahal kau bisa meninggalkanku kapan saja. YG Entertainment tanpa kau apa jadinya sekarang, mungkin sudah tinggal nama. Kau menyelamatkan hidupku Sandara-ya." Air mata Jiyong berlinang melintasi pipinya. Tak biasanya ia secengeng ini.
Sandara melepaskan pelukannya dan berlutut di hadapan Jiyong. "Aku tidak menyelamatkan perusahaanmu, aku menyelamatkan hidupmu"
"Apa kau rela bekerja untukku selamanya?" Ucap Jiyong. "Mungkin ini bisa disebut ‘melamar’ tapi maaf aku belum sempat membeli cincin." ujarnya lagi sambil tersenyum.
"Nan molla," Sandara menghela nafasnya.
"Aku akan membuat kontraknya. Hanya selama dua tahun."
"Kawin kontrak? Wae? Kenapa hanya 2 tahun?"
"Karena hidupku mungkin takkan selama itu Sandara-ya. Mungkin aku telah mati dan setidaknya aku punya seorang ahli waris untuk semua hartaku ini."
"Kau sudah gila."
"Memang." Jiyong menarik paksa kepala Sandara hingga bibir mereka bertemu.
Sandara mencoba melepaskan ciuman Jiyong namun hati dan perasaannya tak bisa berbohong bahwa ia sangat mencintai presdirnya itu.
"Aku tahu perasaan sayangmu padaku Sandara Park… Aku tahu…"
-TO BE CONTINUED-
Dilarang copy paste atau repost artikel ini tanpa menyertakan credit link pada blog kami. Gamsahamnida :)
0 Response to "Fanfiction BIGBANG - Secretary Wife (Bagian 4)"
Posting Komentar